Sanggar Senaputra Malang, menjaga kegemaran menari
Senin, 22 Agustus 2016 03:02
Reporter : Darmadi Sasongko

Merdeka.com - Tujuh bocah melenggangkan tangan,
mengubah formasi tarian ke sana-sini. Tetabuan terus mengiringi hingga
setiap gerakan menjadi sebuah harmoni.
Senyum tersungging bersamaan diakhirinya oleh tepuk tangan penonton di depan panggung. Para orangtua pun tidak kalah sibuk berusaha mengabadikan momen terindah.
Ada ratusan anak-anak, remaja dan mahasiswa belajar menari di Sanggar Tari Senaputra Kota Malang. Siswa dikelompokkan dalam beberapa kategori sesuai usia. Mereka belajar aneka tarian tradisional maupun tari-tari kreasi modern.
"Sanggar hanya menampung bakat dan minat siswa. Butuh wadah dalam bidang seni, agar mereka tetap senang menari. Masalah mau jadi apa, ya jadi apa saja boleh. Terserah mereka," kata Siti Sofiana, Koordinator Sanggar Tari Senaputra di Taman Brawijaya Edupark Kota Malang, Minggu (21/8).
Hari ini, sebanyak 145 siswa menggelar ujian pentas setelah sebelumnya juga ujian di hadapan para guru penguji. Sangar sengaja membuat panggung terbuka untuk menampilkan kemampuan di atas panggung di hadapan para penonton.
Ujian juga menandai kenaikan tingkat dan belajar tarian yang lain. Ujian pentas digelar setiap enam bulan sekali, di samping even-even tari lain yang secara aktif digelar.
"Keseluruhan 145 siswa dengan peserta dari PAUD sampai mahasiswa, terbanyak mahasiswa. Mereka terbagi dalam 5 kategori dan 19 kelompok tarian," katanya.
Sanggar tari Senaputra didirikan oleh Mbah Roestam tahun 1983. Sudah ribuan siswa belajar berbagai tarian di sanggar yang sudah berdiri 28 tahun lalu itu. Ani sendiri merupakan penerus keempat, tetapi sudah menjadi pengajar sejak 1997, setelah 10 tahun lulus dari SMKI Surabaya tahun 1987.

Sanggar Senaputra Malang 2016 merdeka.com/darmadi sasongko
Semula Sanggar Senaputra memanfaatkan Taman Wisata legendaris Senaputra Jalan Belakang Rumah Sakit Malang. Namun karena sejumlah persoalan tempat wisata tersebut, akhirnya harus berpindah-pindah tempat.
Latihan pernah dipusatkan di Taman Krida Budaya Kota Malang. Namun karena kerap bentrok dengan banyak jadwal kegiatan lain akhirnya harus berpindah. Latihan kemudian dilakukan di ruang kelas STIE Kertanegara, Jalan Cengger Ayam Kota Malang.
Kini latihan yang digelar setiap seminggu sekali tu dipusatkan di Aula Kelurahan Ksatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Kendati harus berpindah-pindah tempat Senaputra tak pernah surut untuk tetap mengajak belajar menari.
"Harus tetap belajar menari. Apalagi kebudayaan menari terus mendapat gempuran budaya-budaya global. Persoalan terbesar kami memang urusan tidak punya tempat sendiri. Tetapi tetap harus terus jalan," katanya.
Semakin banyak orang yang gemar menari, seni tari khususnya tari tradisional akan terpelihara dari kepunahan.
Ardina Yasmin (10) salah satu siswa yang tergabung di kelas Indriana A mengaku sudah 4 kali mengikuti ujian pentas. Sudah selama dua tahun bergabung di Sanggar Tari Senaputra.
"Suka, tadi pentas tari Curigo," kata Yasmin yang duduk di Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lowokwaru 2, Kota Malang itu.
Yasmin mengaku setiap enam bulan sebanyak tiga tarian yang dipelajarinya dan beberapa kali mengikuti perlombaan. Selain belajar tari, Yasmin juga mempelajari seni karawitan di tempat yang sama. Ia mengaku akan terus belajar berkesenian, khususnya menari. [hhw]
Senyum tersungging bersamaan diakhirinya oleh tepuk tangan penonton di depan panggung. Para orangtua pun tidak kalah sibuk berusaha mengabadikan momen terindah.
Ada ratusan anak-anak, remaja dan mahasiswa belajar menari di Sanggar Tari Senaputra Kota Malang. Siswa dikelompokkan dalam beberapa kategori sesuai usia. Mereka belajar aneka tarian tradisional maupun tari-tari kreasi modern.
"Sanggar hanya menampung bakat dan minat siswa. Butuh wadah dalam bidang seni, agar mereka tetap senang menari. Masalah mau jadi apa, ya jadi apa saja boleh. Terserah mereka," kata Siti Sofiana, Koordinator Sanggar Tari Senaputra di Taman Brawijaya Edupark Kota Malang, Minggu (21/8).
Hari ini, sebanyak 145 siswa menggelar ujian pentas setelah sebelumnya juga ujian di hadapan para guru penguji. Sangar sengaja membuat panggung terbuka untuk menampilkan kemampuan di atas panggung di hadapan para penonton.
Ujian juga menandai kenaikan tingkat dan belajar tarian yang lain. Ujian pentas digelar setiap enam bulan sekali, di samping even-even tari lain yang secara aktif digelar.
"Keseluruhan 145 siswa dengan peserta dari PAUD sampai mahasiswa, terbanyak mahasiswa. Mereka terbagi dalam 5 kategori dan 19 kelompok tarian," katanya.
Sanggar tari Senaputra didirikan oleh Mbah Roestam tahun 1983. Sudah ribuan siswa belajar berbagai tarian di sanggar yang sudah berdiri 28 tahun lalu itu. Ani sendiri merupakan penerus keempat, tetapi sudah menjadi pengajar sejak 1997, setelah 10 tahun lulus dari SMKI Surabaya tahun 1987.

Sanggar Senaputra Malang 2016 merdeka.com/darmadi sasongko
Semula Sanggar Senaputra memanfaatkan Taman Wisata legendaris Senaputra Jalan Belakang Rumah Sakit Malang. Namun karena sejumlah persoalan tempat wisata tersebut, akhirnya harus berpindah-pindah tempat.
Latihan pernah dipusatkan di Taman Krida Budaya Kota Malang. Namun karena kerap bentrok dengan banyak jadwal kegiatan lain akhirnya harus berpindah. Latihan kemudian dilakukan di ruang kelas STIE Kertanegara, Jalan Cengger Ayam Kota Malang.
Kini latihan yang digelar setiap seminggu sekali tu dipusatkan di Aula Kelurahan Ksatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Kendati harus berpindah-pindah tempat Senaputra tak pernah surut untuk tetap mengajak belajar menari.
"Harus tetap belajar menari. Apalagi kebudayaan menari terus mendapat gempuran budaya-budaya global. Persoalan terbesar kami memang urusan tidak punya tempat sendiri. Tetapi tetap harus terus jalan," katanya.
Semakin banyak orang yang gemar menari, seni tari khususnya tari tradisional akan terpelihara dari kepunahan.
Ardina Yasmin (10) salah satu siswa yang tergabung di kelas Indriana A mengaku sudah 4 kali mengikuti ujian pentas. Sudah selama dua tahun bergabung di Sanggar Tari Senaputra.
"Suka, tadi pentas tari Curigo," kata Yasmin yang duduk di Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lowokwaru 2, Kota Malang itu.
Yasmin mengaku setiap enam bulan sebanyak tiga tarian yang dipelajarinya dan beberapa kali mengikuti perlombaan. Selain belajar tari, Yasmin juga mempelajari seni karawitan di tempat yang sama. Ia mengaku akan terus belajar berkesenian, khususnya menari. [hhw]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar